Fenomena Secreto

"Hahaha. Apa lagi itu Kadika? Aku taunya Despasito."

Waduh itu mah lagu, beda sama Secreto. Mentang ada “to” belakangnya jadi bisa samaan gitu. Hadeuh.

Belakangan ini ku lihat banyak orang yang membagikan secara vulgar link secreto. Btw, apa itu secreto?

Ya, sebuah layanan yang dibuat khusus menyampaikan pesan tanpa diketahui siapa pengirimnya. Tentu itu kelebihannya. Pasti ada kekurangannya juga.

Awalnya bodoamat dengan secreto (kamu bisa kunjungi secreto.site). “lah ngapain gue bikin begituan?” gumam ku. Nyatanya aku mencoba mendaftarkan diri. Hahaha.

Daftarnya simple banget masukan nama dan email. Ku kira pesan yang disampaikan itu benar benar secret. Ternyata banyak orang tetap bisa membacanya.

Kamu bisa lihat Secreto punya ku. Biar beneran buktiin kalau pesannya itu gak secret. Ya, wajar sih. 

Karena daftarnya aja cukup pake nama dan email. Sebenernya dari segi bisnis ini cukup menguntungkan.

UUD, ujung ujungnya data. Gak tau deh itu data mau dipake apa. Dan ada adsense pula lagi. haha.

Komunikasi Interpersonal

Sebenernya aku ingin tau uneg uneg apa yang mereka selama ini ingin sampaikan tanpa harus ada pergesekan di antara kami. Haha.

Ketidakkuatan kita untuk menyampaikan kritikan, diterjemahkan oleh pencipta Secreto.site. keren ya? 

Tapi balik lagi. Sebenernya ada keuntungan, ada juga kerugian.

Mungkin keuntungannya kita tau hal gak baik tentang diri dari orang lain atau mungkin orang terdekat. 

Kerugiannya, bisa jadi kita kurang berani menyampaikan apa semestinya disampaikan. Hanya karena takut hubungan jadi tak membaik atau tak sehangat dulu. Tau sendiri kan ya? Hahaha.

Di Rusia itu tak perlu lagi secreto, karena di sana memiliki budaya komunikasi yang blak-blakan, kalau gak suka atau benci beneran bilang apa adanya.

Wajar banget karena di sana kan dulunya ada peperangan yang dahsyat. Tak perlu basa basi untuk menyampaikan keinginan kita dan tak perlu khawatir takut hubungan jadi renggang karena kejujuran.

Gimana tuh menurut mu?

Bukan apa yang disampaikan, tapi gimana kita cara nyampein uneg uneg kita. Jujur ini tak mudah, tapi membuat hubungan di antara kedua insan tak flat flat aja. Ahay!
Maka mesti dipertanyakan, kalau ketika bertanya kepada seseorang dan sering ngejawabnya “gak apapa”. Bentar lagi juga meledak. Entah ke dirimu atau orang lain. Wkwk.

Definisi Alay

Bentar, Kadika cek dulu apa itu definisi alay.

Dapet nih dari Wikipedia. Kalau dari KBBI gak ada. Haha.

“Selain itu, alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan (lebay) dan selalu berusaha menarik perhatian. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya memiliki perilaku unik dalam hal bahasa dan gaya hidup.

Dalam gaya bahasa, terutama bahasa tulis, alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan huruf besar-huruf kecil, menggabungkan huruf dengan angka dan simbol, menyingkat secara berlebihan, atau membolak balik huruf sehingga membentuk kosakata baru.”

Yang kita sepakati Alay adalah 4L4Y. Iya ‘kan? Menggunakan kata dan angka untuk menulis pesan. Ini zaman hape esia. Pernah ngalamin gini?

Aku sih pernah. Kek

M1quemZz -> Assalamualaikum.
9 p4’in? -> lagi ngapain?

Hahaha. Oke cukup. Jangan menghina diri sendiri karena pernah alay. Karena alay adalah pembanding diri. Tanda diri sudah dewasa atau masih …… ah sudahlah.

Jadi ada kejadian yang bikin senyum sendiri. Ada rekan WhatsApp ku yang mengomentari story WhatsApp ku. Lihat SS ini. Haha.



Padahal aku menulis status itu yang ku kaitkan dengan teori Advertising, lebih tepatnya Copywriting. 

Namanya Voice of Tone yang menjelaskan kalau membuat sebuah teks iklan itu baiknya mengikuti Bahasa audience sehari hari. Supaya nampol dan nonjok langsung ke benak audience. Karena merasa tak asing lagi di benaknya.

Iya kan? Kalau masih asing, kita masih mikir mikir, tapi kalau udah familiar, segera membius diri mengaitkan brand yang diiklankan. Haha.

Jadi ceritanya ada yang komen “Dasar Alay” saat ku update screenshoot secreto-ku dengan sedikit bumbu caption.

Dia mempertanyakan dimana secretnya kalau pesannya discreenshoot? Nih aku jawab. Ya secret itu ada di pengirimnya. 

Karena gaya nulis pesan pengirimnya ini aku tau. Maka aku komen lagi selayaknya kenal. Toh pesannya juga bukan yang mengkritik. Wkwk.

Aku berpikir, mungkin ini orang demennya komentar sebelum mencoba. Cuman bisa komentar dari luarnya aja. 

Mendefinisikan kalau hal seperti itu tuh norak. Sepertinya dirimu pun perlu buat secreto. Biar uneg uneg disekitarmu pun jadi tau. Haha.

Itulah kompleksitasnya Persepsi. Tak ada yang baku, maka hal bisa kita lakukan adalah memaklumi. Terus terang ini tak mudah, tapi bisa.

Woke. Selamat makan siang. Dan menikmati dinginnya hujan.

Komentar