Kematian dan Pernikahan


Agak horor ya judulnya ada “kematian” segala. Hehe. Tapi gak apapa lah.
Menarik mengangkat judul itu untuk blog post hari ini.

Tak sangka, ayah dari rekan terdekat ku Allah panggil. Aku kaget. Aku merasa terpukul. Karena aku paham betul kalau di posisi rekan ku ini. Ya, bukan sok tau juga sih, tapi ya kalau aku di posisi tersebut. Aku akan merasakan demikian.

Di hari yang sama dan tempat yang sama, ada yang hajatan, alias ada yang nikahan. Ternyata eh ternyata itu masih sodara-nya Bella (please jangan tanya siapa itu Bella).

Habib, rekan terdekat ku saat masih SMA, 4 tahun sudah aku lulus dari MAN Parungpanjang (sekarang MAN 5 Kab. Bogor).

Dari kelas sepuluh hingga dua belas kita barengan terus. Balik bareng, jajan bareng, ke toko buku bareng, bahkan dulu niatnya mau ngampus bareng. Ahay! Kepengennya kita bertiga itu bisa barengan.

“eh kok bertiga?”

Iya, satu lagi Mudrika.

Aku selalu mengingat kebaikan mereka, tak penting bagaimana kondisi ku saat ini dengan mereka. Walau tak sekedat dulu, tapi aku berupaya untuk terus mengingat kebaikan mereka.

Ini Pun Pasti Berlalu

Ya, segela kesedihan dan kesenangan pun akan berlalu. Hari ini mengingatkan ku akan akhir hidupku. "Gimana kalau aku mati namun belum banyak amal baikku dan karya ku belum mampu melimpahkan kebaikan untuk ku." Begitu hatiku gumam.

Kesenangan pun akan berlalu. Tak pernah tau kapan akan berlalu. Tau tau rindu. Iya kan? Tau tau kepengen menghadirkan rasa senang itu.


Kesenangan atau Kebahagian?

Apa bedanya? Aku sendiri pun tak begitu banyak tau definisi dari kedua itu. Namun yang ku tau ada dua kesenangan yang manusia, Kesenangan Psikologis dan Kesenangan Batiniah.

Kesenangan Psikologis ada pemicu yang membuat kita senang. Ada trigger dari luar sehingga kita merasa senang. Atau pun rasa itu hadir dari dalam.

Chatting bersama seseorang yang disukai itu Kesenangan Psikologis. Ada hal hal secara psikologis yang terpenuhi. Terus, melakukan meditasi. Ada kesenangan tersendiri dari dalam.

Namun, kesenangan batiniah itu ketika kodrat manusia terpenuhi. Yakni menjadi bermakna. Aku merasa terharu karena bahagia ketika meminjamkan buku favoritku kepada rekan ku. Katanya ada perubahan setelah baca buku itu.

Yang aku rasakan adalah perasaan bahagia yang mendalam. Bener bener bermakna.
Terimakasih Ya Allah untuk hari ini. Mengingatkan ku akan keabadian hidup. Tergerak untuk lebih bermakna, berbuat baik, mengurangi hal hal yang tak disukai olehMu.

Yang paling ku syukuri ada kebahagiaan saat bernafas. Btw, kapan terakhir mensyukuri nafas yang kita hirup?



Komentar