Satu Pesan dari Guru


Aku masih inget ketika tahun 2014, ya dong aku inget momen dengan detail. Karena momen begitu berharga. Haha. Dimana aku dengan pede menyampaikan (deliver) materi kepada adik kelasku di ekskul.

Saat itu sedang demam demamnya Public Speaking, dengan gagah berani aku meyakinkan kalau aku mampu berbicara di depan banyak orang.

Daaaaannnnnn…

Pertama itu ngomong di depan adik kelas di ekskul Kaligrafi, karena aku ini ikut ekskul kaligrafi. Asliiiii.. berasa jantung ku mau mencuat keluar, degdegan banget. Tapi udah komitmen baru belajar public speaking. Bodoamat salah juga, yang penting berani.

Terus bertahaplah ya untuk meningkatkan skill public speaking itu. Ok kembali ke momen tahun 2014, bulannya sih lupa, cuman aku inget saat itu pake jaket keren, baju koko, sepatu pantopel. Hahaha.

Sambil bulak balik ke LAB IT, karena ada adik ku yang sedang belajar Bahasa Pemograman. Saat itu aku menghampiri Kang Awan, guru sekaligus mentor di bidang IT. Dia bilang gini.

“atuh maneh geus bisa hiji bae mempengaruhi siswa. Geus luar biasa”

Translate

“ya kamu udah bisa satu aja  mempengaruhi siswa. udah luar biasa”

“oke siap kang”

Cuman guru dia aja yang biasa dipanggil “Akang”, karena beliau emang guru karate juga dan terbiasa dipanggil begitu.

Maksudnya akang itu, dengan bicaranya aku ketika ada satu siswa yang terpengaruh dengan ucapan ku, itu udah luar biasa.

Ini adalah goal yang realistis.

Tapi sekarang aku paham kalau satu orang itu adalah diri ku sendiri. Bagaimana orang lain bisa terpengaruh dengan gaya influence ku. Kalau diriku saja belum bisa dipengaruhi. Walau pun rumusnya gak selalu begitu.

Tapi akan jauh lebih powerful saat diri kita sendiri udah dipengaruhi dengan baik. Haha. Influence itu seni. Bukan sekedar kata kata, lebih dari itu, ada vibrasi yang tersembunyi.

Dan Influence itu adalah RESONANSI. Apa itu? Kamu tau gak garpu tala? Yang untuk mengetes sejauh mana telinga mu itu sensitif dengan bunyi?

Garpu tala itu kan kalau didengungkan satu, yang satunya lagi akan berdengung. Iya gak? Begitu juga ketika memengaruhi orang lain. Kalau udah berhasil memengaruhi diri sendiri, akan jauh lebih cepat memengaruhi orang lain. Atau lebih tepatnya meyakinkan orang lain mau mengikuti apa keinginan kita.

Dan ini akhirnya aku mampu berbicara di hadapan 150 orang, mampu membuat nangis, wkwk. Waktu itu guru ku sedang sakit. Aku memimpin untuk berdoa bersama sekaligus sedekah bareng. Ya ngikutin gaya Ippho-lah ahah. Dan berhasil.



Sebelum itu, Ada cerita menarik nih..

Ketika ada seorang ibu dengan anaknya datang ke Mahatma Gandhi seorang pria bijak asal India.

“Wahai Gandhi, anak ku susah sekali berhenti makan garam. Bagaimana solusinya?”

“pulanglah kembali lagi satu minggu kemudian” jawab Gandhi.

Seminggu kemudia Ibu itu datang lagi bersama anaknya.
“ini udah seminggu, aku datang untuk meminta mu agar anak ku berhenti makan garam. Bantulah” tegas Ibu itu. Lalu, anak itu dihampiri oleh Gandhi dan berkata,

“Hai anak kecil, berhentilah makan garam”

Karena melihat dan mendengar ucapan Gandhi yang begitu sederhana ibu ini agak heran dan bertanya,

“kenapa kau hanya mengatakan begitu, kalau begitu aku pun bisa” dengan nada agak tinggi si Ibu tersebut
.
Gandhi dengan kebijaksanaannya seraya berkata,
“Minggu lalu aku masih garam, sekarang sudah tidak lagi”

See, begitulah bijaksananya Gandhi, sebelum ia memberikan statement yang berbentuk memengaruhi, diri dia sendiri udah dipengaruhi oleh tindakannya.

Mudah mudahan dapet ya maknanya.

Parungpanjang,
Dwi Andika Pratama
Lagi suka intrumentalnya Two Steps form Hell – Victory, itu nambah mood banget.

Komentar