Apapun Patut Disyukuri


Aku masih ingat dengan judul audio book-nya Andrie Wongso yang berjudul “Apapun patut disyukuri”. Saat itu ada seorang Raja yang mengalami kecelakaan ringan yang mengakibatkan jari jempolnya harus dipotong.

Sang raja murka karena kenapa ini bisa terjadi. Lalu memanggil sang penasihat,

“berikan aku nasihat, wahai sang bijak!”

“wahai Raja yang ku hormati. Setiap kejadian, apapun patut disyukuri”

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Karena tak menerima nasihat yang sederhana itu."
Sang raja meminta pengawal raja untuk menjebloskan sang bijak tersebut

Kala itu Raja berjalan jalan ke hutan sendirian, namun tersesat di tengah jalan. Alhasil bertemu suku yang sedang berburu, tak banyak bicara sang raja memberontak saat ingin dibawa.

“aku ini raja. Kalian tidak tau. Mau dibawa kemana ini”

“dimana mahkota rajamu??”

Sang Raja lupa kalau ke hutan tak menggunakan mahkota kerajaannya.

Ia hendak dijadikan tumbal untuk persembahan Dewa. Namun karena melihat ada cacat di jari jempolnya. Rencana itu gagalkan. Sang Raja bersyukur dan dikembalikan ke hutan.

“dasar manusia tak berguna”

Raja pulang ke Istana dan meminta sang bijak dibebaskan,

“bebaskan sang bijak dari penjara”

“apa yang kamu katakan benar. Apapun patut disyukuri. Aku bersyukur kehilangan jariku. Karena ini yang menggagalkan ku menjadi tumbal”

Sang Bijak menimpalinya dengan penuh senyum
“aku di penjara pun bersyukur. Karena itu apapun pun patut disyukuri”

Well…

Itu intermezzo. Tapi ya dapet kan maknanya? Emang sih kita ini suka lupa akan kehadiran diri kita, padahal dengan kita merasakan kehadiran diri, terasa jauh lebih damai, nafas yang kita hirup bagian dari kehidupan. Alhamdulillah.

Aku merasa bersyukur saat seseorang berani memutuskan untuk gak menjalin hubungan istimewa denganku. Aku bersyukur sekali. Mungkin kalau seandainya taken, gitu kalau kata anak zaman now. Mungkin aku tak bisa berkarya, apa pasal?

Selain karakter kami sama sama egois, sama keras kepala, kalau gak ada yang mau ngalah. Wkwk. 
Dan aku ditunjukkan dengan sikap ia yang tak relevan dengan nilai diri ku. Ya, tak berintegritas. 

Ucapan tak sesuai dengan perilaku. Ah, terlepas bener atau gak. Aku bersyukur akan kejadian ini.
Apapun alasan dia menolakku, dia adalah orang yang menjadi perantara untuk menjadikan ku dewasa. 

Memberikan peluang untuk mendapatkan yang terbaik. Eh atau mungkin aku bukan yang terbaik untuknya? *hmm

Namun, aku menyadari ada kehadiran selain dia yang berlawanan dari dia. Kalau dia bilang menjunjung tinggi kesopanan, riilnya gak gitu. Ucapannya juga gak bisa dipegang. Okeh dia manusia biasa, aku manusia biasa. Penilaianku objektif sekali. wkwk.

Tapi terlepas apapun yang terjadi. Aku mensyukuri ini. Aku tak membenci apalagi menghindar. Aku hanya kehilangan respek aja.

Dan aku mensyukuri aku mengalami keterlambatan kereta hari ini. Bukan keretanya, tapi akunya yang telat. Saat tak sesuai ekspetasi. Aku berkeyakinan “semua ini pasti ada maksud baik”.

Believe me! 
Aku jadi lebih banyak belajar, aku bersyukur deh udah lama gak ditolak dan keberanian ku bertambah. Anjay.


Cikokol, 9 Mei 2018
Dwi Andika Pratama
Punya Mimpi Jadi Professional Blogger dan Punya Sekolah Keahlian! (eitss bukan SMK ya! Haha)

Komentar