Di Balik Keraguanku


Tadinya mau aku tulis “Di balik keraguan MizanStore” tapi nanti pas ada baca jauh dari ekspetasi haha. Ini kan hanya cerita ku aja, bukan sebuah komplain customer.

Aku bersyukur sekali ketika dinyatakan sebagai pemenang blog review mizan blog competition. Karena sebelumnya aku ragu. Ya, ragu kalau aku akan menang. Namun aku yakinkan diriku, kalau aku bisa.

Baiklah aku akan ceritakan ini, mudah mudahan menginspirasi.

 Ini yang Menggerakkan ku

Ketika itu aku pergi ke toko buku Bintaro Plaza, kapan ya? Aku juga lupa. Cuman aku saat itu kepengen beli buku Public Relations in the Age of Distruptions karya Agung Laksamana yang kepiawaiannya tak perlu diragukan lagi.




Ada yang ingin ku pelajari di sini, selain ada pemicu aku ingin baca + memilikinya, yakni writing. 

Ya, Mas Agung ini ngasih tau kalau PR zaman now itu 70% menulis. (kalau blogpost ini dibaca sama rekan kampus, pasti mereka ngomong “lah elu kan Advertising, kok baca buku PR?”) lah ngapa? Wkwk.

Kata ku gini ke buku itu (di Gramedia Bintaro Plaza), “insyaaAllah aku akan beli buku ini gratis di MizanStore”. Maksudnya itu aku bakalan menang lomba hahaha.

Keraguan Baru Dimulai

Awalnya aku ragu untuk ikutan lomba ini. Karena lomba ini lebih ke review pengalaman berbelanja di MizanStore. 

Lah aku kan belom pernah beli di sana. Tapi dengan keyakinan ku untuk ikut. Ya, akhirnya aku memberanikan diri.

Dalam hati ku ada keraguan “lah lu belom pernah berbelanja ikutan lomba”#SuaraDariDalam. Biasanya aku ini kalau ikut lomba bener bener dari pengalaman banget supaya content-nya itu bener bener strong!

Aku menyadari kelemahan ku di desain, tapi aku menyadari kalau gaya penyampaian menulis ku itu berbeda. Aku punya konsep, aku punya nilai lebih di setiap tulisan.

Aku flashback tuh, aku itu kalau konsepnya unik, nampol, strong. Keyakinan untuk menang itu ada. Intinya YAKIN. Dan keyakinan itu bisa ditingkatkan.

Ada satu hal yang membuat ku yakin dengan tulisan ku. Walau pada akhirnya aku ngerasa pesimis juga. “ah paling yang juara itu yang pernah belanja”. Wkwk. 

Jadi hadiahnya itu 3 Artikel terbaik dapet paket buku senilai 700rb + voucher 500rb belanja di MizanStore. Kalau paket buku, bukunya gak bisa ditentuin. Alias dari panitia yang nentuin, jadi aku gak bisa beli buku PR itu dong? Ya gak? Wkwk.

Nah, aku berdoanya sama Allah itu mudah mudahan aku bisa jadi 3 yang terbaik. Walau aku menakar diri nih. “gak apapalah urutan yang terakhir, yang penting dapet voucher” hahaha. Bener aja aku diurutan ketiga.

Daannnnn… aku berhasil dapetin itu. Aku bersyukur bangetttt…



Aku inget aja yang dikatakan oleh Mark Manson soal keyakinan. “jangan selalu meyakini apa yang kita yakini, bisa jadi itu keliru” ya bener juga tuh.

Seandainya aku gak nulis untuk lomba mizanstore, gak bakalan dapet buku kali.

Kamu taulah, kalau maniak buku dan baca dikasih voucher segitu itu udah lumayan banget. Udah girang banget. Karena beli buku dan baca buku itu kemewahan.

Stay Humble

Ada orang di luar sana yang udah lebih berpengalaman dari ku. Tapi aku pun tak ingin membandingkannya. Jelas beda. Aku hanya bisa mensyukuri dan berterima kasih kepada pembaca setia ku.

Lah iya. Pembaca itu bisa ngebantu rank blog meningkat, bounce ratenya menurun, adn proven! Mungkin kesetiaanmu aku balas dengan postingan yang menginspirasi, menggugah, dan perspektif baru.

Kesimpulannya,

Setahun yang lalu aku meminta kepada Allah SWT kepengen laptop baru merek ACER! Asli ini mintanya spesifik. Dan Allah kabulkan melalui Acer x YouthManual Blog Competition. 

Dari situ aku makin yakin untuk meminta kepada Allah. Kalau emang dibutuhkan oleh ku, Allah juga gak bakalan membiarkan kita lama menunggu.

Dan tahun ini aku berhasil menghapus kosakata “ragu”. Dari pengalaman ini sekarang aku akan belajar bagaimana yakin tanpa ragu. Walau ragu itu manusiawi, cuman aku gak akan biarkan keraguan ini menghentiikan ku berkontribusi dan berkarya.

Selamat menjalani ibadah puasa ke-2
Mudah mudahan Allah kuatkan, lancarkan, dan memberkahi puasa kita.


Parungpanjang,
Dwi Andika Pratama
Pecandu teori fisika kuantum dan Sigmund Freud.

Komentar