Ditolak itu Nikmat

Gue merasakan ketika gue ditolak baik gue ditolak secara denotasi (makna sebenernya) oleh seorang perempuan, atau gue mengalami penolakan dalam kehidupan.

Ditolak di sini bisa jadi gue gak mendapatkan apa yang gue inginkan, gue gak dapet juara, gue gak jadi taken, gue dibuat kecewa oleh harapan semu, gue pikir semua orang punya masalah yang sama, cuman bentuk dan bobotnya aja berbeda.

Tapi yang jelas penolakan dalam hidup ini semua orang pasti merasakan. Gue masih inget ketika bulan januari 2017, gue mengalami penolakan yang cukup pahit, gue kepengen marah, gue kesel, gue butuh seseorang yang bisa memahami perasaan gue saat itu.

Hey! Ini bukan soal gue laki-laki atau perempuan, ini persoalan psikologis, ketika lu ngerasa down pasti butuh seseorang yang bisa satu rasa sama lu, apa lagi orang itu tau apa yang sebenernya terjadi.

Ini bukan soal gue nembak perempuan sih, tapi gue batal ketemuan dengan hal yang gue sendiri gak tau alasannya. Gue mengenal mereka baik baik, tapi ujungnya bikin gue berpersepsi “mereka bukan orang yang tepat”.

Gue suka berteman dengan siapa aja, selama gue ngerasa nyaman, karena kalau gue gak nyaman sama seseorang, ya buat apa? kebutuhan manusia yang paling mendasar kedua adalah rasa aman, dicintai, dan disayangi.

Ada ruang dalam diri kita yang ada kalanya mesti diisi, salah satunya adalah ruang memiliki teman. Okelah. Gue udah ikhlas dengan kejadian itu.

Tapi gue bersyukur ketika gue mengalami kekecewan, gue gak lantas menuntut keadaan supaya gue bisa bikin diri gue bahagia. Mustahil banget ketika lu hanya berdiam diri, kekecewaan itu reda.

Jarang banget gue curhat atau menyampaikan pengalaman tentang diri gue yang ada sangkut pautnya dengan perempuan. Tapi gue pikir lagi, kalau bisa jadi inspirasi dan pengalaman banyak orang kenapa gak?


sumber: maudisini.com

Perubahaan Rasa

Kadang Allah menginginkan kita mengalami perubahan rasa. Setelah ditolak kita tau rasanya sakit, kecewa, gundah gulana. Itu manusiawi banget, karena kita diberikan untuk merasa. Jadi hal pertama yang bisa dilakukan adalah menerima.

Menyalahkan, mencari siapa yang salah adalah respon yang wajar. Cuman gue berpikir, buat apa gue banyak baca buku, kalau pada akhirnya respon gue sama ketika orang kebanyakan mengalami kekecewaan. Buat apa?

Kekecewaan gue berakhir ketika itu gue berhasil dapetin juara blog dan you know dari lomba blog itu gue bersyukur banget, karena gue dapet apa yang gue inginkan.

Begitulah, kalau Allah tau keinginan dan doa kita. Dia menunjukkan dengan cara yang tak terduga. Hmm. Apa lagi ya? Ada lagi nih.

Ketika itu gue kepengen banget punya hape baru dari lomba blog. Ngarep banget bisa dapetin. Saking ngarepnya ketika gue gak dapet, gue jadi hopeless. Ya, niat gue salah. Cuman hadiah semata.

Setelah gue berupaya ikut lomba blog, masyaaAllah gue malah dapet laptop yang selama ini gue idam-idamkan.

Berlanjut ketika mencoba memberanikan diri untuk menyatakan cinta kepada seorang perempuan, gue ditolak. It’s fine. Gue nerima kok. Dan gak lama kemudian dia bersama laki-laki pilihannya.

Dia nolak gue dengan alasan “ingin fokus karir”. Oke, gue terima. Dan nyatanya gak gitu. Beruntunglah gue ditolak sama perempuan seperti dia. Bisa jadi kalau taken, gue gak fokus nulis lagi wkwkwk.

Dari situ gue belajar lebih banyak, mulai communication skills, impression gue, bah! gue belajar bagaimana menjadi berkualitas. hahaha. thanks!

Bener kata Dedy Susanto penulis buku Pemulihan Jiwa "orang yang menyakitimu hadir untuk mendewasakanmu"

Pada akhirnya semua penolakan dalam hidup kalau direspon dengan bijaksana, lu bakal ngerasain:Ingin lebih baik lagi,Ingin belajar lebih banyak,Ingin lebih percaya diri,Ingin lebih berani.

Ah banyak yang gue rasakan ketika gue ditolak. Gue sadar diri, gue manusia biasa, dan justru gue manusia biasa, gue berupaya terus meningkatkan nilai diri gue, daripada sekedar mengejar cinta yang tak pasti. Anjay!

Sekian, gue harap lu bisa memetik hikmah dari postingan sederhana ini.


Komentar